PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PASCA PANDEMI COVID-19

Pandemi Covid-19 memaksa setiap orang beradaptasi dengan kebiasaan baru termasuk dalam proses belajar mengajar. Belajar dirumah selama pandemi Covid-19 telah menjadi ketentuan bagi semua peserta didik, baik dari tingkat kelompok bermain sampai perguruan tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi mata rantai penyebaran virus Corona dan demi keselamatan semuanya.

Proses pembelajaran pun dilakukan secara daring (dalam jaringan). Dunia pendidikan juga telah memberlakukan pembatasan sosial sehingga dapat menghindarkan semua peserta didik dari paparan virus tersebut. Hal ini terjadi selama 2 tahun lamanya yang membuat peserta didik terbiasa dengan proses pembelajaran yang dilakukan secara daring.

Pasca pandemic, pembelajaran dilakukan kembali secara tatap muka, hal ini tentu harus ada penyesuaian kembali proses pembelajaran baik itu dari peserta didik, maupun gurunya.

Tentu banyak problematika yang terjadi selama penyesuaian berlangsung berikut diantaranya, masih ada peserta didik yang merasa lebih enak pembelajaran secara daring karena hanya mengerjakan tugas tanpa harus pergi kesekolah dan tugasnya pun dikerjakan oleh orang tuanya, timbul rasa malas, kehilangan motivasi/ semangat belajar, ada juga peserta didik yang mengalami keterlambatan memahami materi yang sudah disampaikan secara daring akibatnya memperlambat upaya pencapaian tujuan pendidikan. Juga mengakibatkan sebagian peserta didik tidak mau masuk sekolah kembali.

Penyebab terjadinya problematika tersebut semuanya berawal dari hati, ketika hati peserta didik bersih maka peserta didik akan terhindar dari sifat malas masuk sekolah, malas belajar, tidak ada motivasi untuk belajar kembali.

Salah satu upaya yang harus dilakukakan sebagai seorang guru yaitu:  pertama dengan cara pendekatan dengan peserta didik. Pendekatan ini dilakukan untuk mengetahui apa alasan/ penyebab tidak mau masuk sekolah kembali, tidak mau belajar tatap muka, serta tidak punya motivasi belajar.  

Kedua, seorang guru harus mampu menggunakan strategi pembelajaran yang bervariatif supaya peserta didik tidak bosan dan mudah memhami materinya, sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar kembali secara tatap muka dengan menyenangkan. juga seorang guru harus mampu mengajak, mendorong peserta didik untuk terus semangat belajar, mengikuti pembelajaran dengan baik supaya bisa menjadi anak yang cerdas berguna bagi masyrakat serta bisa mencapai cita-citanya.

. Ketiga, gruru harus mampu menjadi cerminan atau contoh yang baik bagi peserta didiknya, karena seorang guru itu di gugu dan ditiru, ketika seorang guru punya hati yang bersih maka akan terpantul cerminan hati bersih juga kepada peserta didiknya. Guru itu adalah orang tua kedua bagi siswa, betapa pentingnya peran yang dimiliki sehingga guru dinilai sebagai sosok berpendidikan yang diharapkan mampu mendidik anak bangsa membentuk generasi penerus bangsa yang berkarakter.

Guru tidak hanya sekedar mendidik dan memberikan materi saja, namun lebih dari itu guru diharapkan juga menanamkan niali-nilai positif pada siswa karena guru merupakan role model bari para siswanya.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan para guru untuk membangun karakter siswa yaitu, Menjadi contoh bagi siswa, menjadi apresiator, mengajarkan nilai moral pada setiap pelajaran ,mengajarkan sopan santun, dan berbagi pengalaman inspiratif

Penulis, Resi Hernaningsih, Mahasiswa Prodi  PGMI

*Admin-Aljoes